Hari ini aku terdiam di balkon kamarku. Aku malas untuk menjalani rutinitas harianku. Aku malas untuk melihat wajah lelaki yang sudah menghianatiku. Yaaa, lelaki yang sudah mengabaikan kepercayaan yang kuberikan padanya. Aku memilih untuk meliburkan diri dan menenangkan pikiran ku. Aku yakin jika aku sekolah nanti aku pasti tak akan kuat untuk melihat wajahnya. Bukan karna aku membenci nya, tetapi aku tak kuasa membendung amarah dan tangisku saat bertatap muka dengan nya. Bagaimana tidak ? siapa wanita yang ingin di dua kan ? siapa wanita yang ingin di khianati ? kurasa jawaban nya adalah TIDAK ADA. Kalau pun ada, itu hanyalah segelintir wanita bodoh yang maruk harta atau ke kayaan. Sayang nya aku tak termasuk pada criteria itu, aku hanya ingin kasih sayang yang tulus.
Pandangan ku menerawang ke depan, otak ku masih memutar memori tentang kejadian kemarin sore.
FLASHBACK-ON
“vi,..” iel memecah keheningan di antara kami. Sekarang kami berdua sedang berada di sebuah taman tempat kami sama – sama mengucapkan kata sayang dulu.
“iya yel” jawabku tersenyum. Tanpa melihat ke arahnya. Aku senang sekali akhirnya iel mau mengajak ku mengobrol setelah 1 minggu renggang nya hubungan kami .
“vi, liat aku.” Ucap iel lirih. Aku pun menoleh ke arahnya. Ku lihat wajah iel begitu serius. Tidak seperti biasa nya. Lalu iel menaruh tangan ku di atas tangan nya. Dan menggenggamku erat .
“vi, aku mau jujur sama kamu “ ucap nya lagi. Tak biasa nya iel seperti ini. ANEH ya, aneh iel terlihat sangat aneh.
“jujur aja kali yel,” ucapku santai di iringi dengan seuntas senyuman di bibir mungil ku. Aku merasakan genggaman tangan iel mejadi semakin erat.
“vi, aku rasa hubungan kita harus berakhir sampai disini.” Ucap nya lirih lalu menunduk. Genggaman nya merenggang.
“apa yel ? kamu bercanda kan ? “ jawab ku tak percaya .
“aku serius vi, aku ga mau bikin hati kamu sakit kalo kamu terus sama aku.” Kata nya lagi.
“aku akan sakit hati kalo kamu ga sama aku lagi yel,” ucapku lirih. Iel menatap mataku rekat.
“mungkin sekarang waktu yang tepat untuk aku jujur sama kamu vi, aku punya wanita lain vi,” ucapnya lirih. Aku hanya menunduk, aku tak percaya semua nya akan jadi seperti ini.
“siapa yel ? kamu tega ngehianatin aku ?” tanyaku dengan wajah yang masih menunduk.
“kamu ga perlu tau siapa vi, yang pasti aku merasa lebih nyaman bersama nya. Aku rasa hubungan kita harus berakhir sampai disini. “ ucap nya pasti. aku hanya menangis dan menangis aku tak percaya iel tega menghianati ku.
“aku minta maaf vi, “ ucap nya lagi.
“apa perlu maaf aku buat kamu sekarang yel? Ga kan. Makasih atas semua nya yel, maaf aku ga bisa jadi yang terbaik buat kamu.” Ucap ku. Lalu berdiri dan hendak pergi meninggalkan iel. Tapi dengan cepat iel menarik tangan ku. Aku melepas pegangan tangan iel secara paksa dan berlari.
FLASHBACK-OFF
Ingin ku hapuskan memori itu. Tapi aku tak bisa. Air mataku mengalir lagi, membasahi pipi mulusku. Aku tak menyangka akan sesakit ini rasa nya. Aku tak menyangka iel akan setega itu pada ku. Menghianati dan menduakan ku.
“arghhhhh kamu bukan iel yang dulu” ucapku sambil mengacak acak rambutku. Aku frustasi, ya. Baru kali ini aku menangis karena putus cinta. Aku sangat mencintai iel.
“kamu berubah yel, berubah” lirih ku. Kemudian lamunan ku terhenti saat seseorang mengetuk pintu kamar ku.
TOK TOK TOK
“via, sivia.. ayo makan dulu sayang. Kata bibi kamu belom makan kan dari kemarin” ucap nya dari luar. Aku mengenali suara itu. Itu suara… mama. Iya, itu suara mama. Kenapa mama ada disini? Sejak kapan mama pulang?
Aku memutuskan untuk membukakan pintu dan memastikan kalo yang di luar adalah mama, dan menjawab semua pertanyaan ku tentang mama. Aku merapikan rambut ku yang tadi ku acak acak, mengelap air mataku dann…
CKLEKK
“mama, “ ucapku lirih, lalu memeluk mama. Aku merindukan pelukan ini. Sudah lama mama tidak memeluk ku. Karna urusan bisnis nya, aku harus merelakan mama tinggal di Negara yang berbeda dari ku.
“aku kangen mama.” Isak ku di pelukan mama. Lalu mama melepas pelukan kami.
“mama juga kangen kamu sayang. Kamu kenapa ? kok matamu sembab ?” tanya mama. Aku tak tau harus menjawab apa.
“aku ga papa ma, aku baru bangun tidur aja kali.” Ucapku berbohong. Mama hanya mengangguk.
“mama kapan pulang ?” tanya ku .
“tadi malam sayang, tadi nya mama mau melihat anak mama ini. Tapi mama takut mengganggu tidur kamu sayang” ucap mama lembut.
“oh hehe, ya udah ma. Aku mandi dulu ya, ntar aku nyusul ke meja makan” ucap ku lagi. Aku terpaksa menyembunyikan kesedihan ku di depan mama. Aku tau pasti mama sangat lelah dan tak ingin melihat anak nya bersedih.
Dengan langkah gontai, aku mengambil handuk ku, lalu mandi. Setelah selesai mandi aku hanya memakai pakaian santai dan mengikat rambutku lalu turun ke bawah untuk menemani mama makan .
“ayo cepet sini sayang.” Ucap mama saat melihat ku sedang menuruni tangga.
“iya ma, “ lalu duduk di kursi samping mama.
“oh iya ma, kok tumben mama pulang mendadak kayak gini? Ada apa ma?” tanya ku heran
“ini sayang, mama mau menghadiri resepsi pernikahan anak teman lama mama 3 hari lagi di bandung. Nanti kamu ikut ya,” ucap mama. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Aku tak tega untuk menolak ajakan mama, lagian sekalian jalan – jalan bareng mama dan melepas penat.
Dua hari berjalan begitu cepat, sekarang waktu nya aku untuk pergi ke bandung dan menghadiri acara resepsi itu. karena resepsi nya besok, aku hanya berdandan seadanya. mama sudah menunggu ku di bawah. Aku cepat cepat membereskan semua barang barang ku untuk persediaan menginap selama 1 minggu. Karna kata mama, mama ingin lebih lama disana. Sekalian menemui rekan bisnis nya.
***
Hari ini resepsi pernikahan itu pun di mulai, ternyata yang menikah adalah ka ify dan ka rio kakak kelas ku dulu. Mereka terlihat sangat serasi. Ka rio dengan jas hitam dan kemeja merah nya membuat diri nya terlihat gagah. Begitu pun ka ify dengan gaun merah nya yang membuat diri nya terlihat sangat anggun. Aku berdiri untuk menyalami mereka berdua, hanya sekedar untuk mengucapkan kata “selamat ya ka”. Setelah selesai memberikan kata selamat kepada mereka, aku mencari mama. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sisi gedung yang sangat mewah ini.
***
Aku merutuki diriku sendiri, saat ku lihat Iel ada disana. Bersama seorang wanita yang aku kenal. Shilla, ya, shilla yang ada di samping Iel dan menggelayut manja di tangan Iel. Aku menyesal sudah mau ikut di acara ini. Awalnya , aku pergi ke bandung dan menuruti perintah mama untuk menghadiri acara pernikahan teman lamanya adalah agar aku bisa sejenak melupakan Iel. Tapi ternyata, Iel ada disini bersama dengan wanita yang telah merebut kasih sayang nya dari ku. Miris dan Sakit hati, itulah yang aku rasakan sekarang. Air mata ku sudah tak tertahan lagi, dadaku sesak. Apalagi, saat Iel dan Shilla datang menghampiri ku. Sebelum mereka menyapaku, aku memutuskan untuk izin ke luar dan meluapkan rasa sakitku disana. Mungkin, bisa mengurangi rasa sakit ku saat ini setelah melihat Iel dan Shilla. ‘semudah itukah iel melupakan ku ?’ itu kata kata yang selalu melayang layang di otak ku. Aku tak tau harus kemana sekarang. Yang pasti aku tak ingin berada di dalam gedung mewah itu dan melihat Iel menggandeng wanita lain.
Setelah berjalan cukup lama dengan arah yang tidak teratur, aku melihat sebuah taman indah dengan hamparan rumput yang hijau. Aku melangkahkan kaki ku ke menuju ke taman indah itu sekarang. Ternyata ada sebuah danau di tengah taman ini. ‘indah’ hanya kata itu yang bisa ku ucapkan. Aku memilih untuk duduk di tepi danau dan mengeluarkan semua unek-unek di dadaku. Aku berteriak sekencang kencang nya, tak peduli banyaknya orang yang menatap ku heran. Hanya satu yang ke inginkan. Melupakan semua ini. Tapi apa aku bisa ? aku sangat mencintai Iel. Suara ku sudah mulai serak dan parau. Aku memilih untk diam dan menundukan kepala ku. Ku rasakan seseorang datang menghampiriku.
“hai…” sapanya, aku hanya meliriknya lalu tersenyum kecut dan menunduk lagi.
“ lo kenapa ? mata lo sembab . “ lanjutnya lagi.
“ ga papa. “ ucap ku lirih
“ kalo ada masalah cerita aja. Lu sadar ga sih banyak banget orang yang ngeliatin lu. “ ucap laki-laki itu. Aku tak tau dia siapa. Tapi aku merasa sangat nyaman berada di samping nya dan mendengar suara lembut nya itu. Aku lalu mencerita kan semua kisah ku dengan Iel pada nya. Aku tak tau mengapa aku bisa semudah itu mempercayai nya.
“ lu ga boleh kayak gini terus, tuh dia juga udah ngehianatin elu. Banyak cowo yang lebih baik dari dia “ komentar nya lalu tersenyum. Senyum nya indah sekali, mampu menghangatkan hati ku yang sedang kedinginan saat ini. Kedinginan, karna tak ada lagi Iel yang mampu menghangatkan nya.
“ga semudah itu, gue cinta banget sama dia “ air mataku mengalir saat mengucapkan kata ‘cinta’.
“gue bisa bantu lo ngelupain dia kok “ ucapnya lagi.
“thanks” jawabku lalu tersenyum.
“oh iya, gue Alvin. Lo ? “
“gue Sivia. Panggil aja Via”
Sejak pertemuan itu, kami selalu bersama. aku dan Alvin selalu bersama. Hanya Alvin yang bisa membuatku nyaman dan melupakan semua tentang masa lalu ku. Terutama tentang Iel.
Seminggu pun berlalu, tanpa sepengetahuan Alvin, aku pulang ke Jakarta. ada niat untuk memberitahu nya. Tapi mama memaksa untuk cepat kembali ke Jakarta. tenang saja Alvin, setelah mama pergi ke luar negri aku akan menemui mu lagi.
***
Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menemui Alvin setelah mama pergi. Kini, aku sudah di jalan menuju bandung. Dengan diantarkan oleh supir pribadiku. Aku bertekad untuk menemui Alvin sekarang. Tanpa sadar, aku sudah sampai di taman tempat aku dan Alvin pertama bertemu. Biasa nya setiap hari aku selalu menghabiskan waktu ku disini bersama Alvin. Aku pun duduk di tepi danau tepat di tempat pertama Alvin menyapaku. Aku melirik jam tangan putih di lengan kanan ku. Senyum ku mngembang saat jarum pendek di jam ku menunjukan pukul 4 pas.
“aku tau kamu pasti kesini vin, aku tau kok. Sekarang jam 4, aku yakin kamu pasti kesini.” Ucapku.
Sudah sekitar 2 jam aku disini. Jam sudah menunjukan pukul 17.48 sekarang.
‘Huh, apa kau sudah lupa padaku Alvin ?’ batin ku.
Aku terus menunggunya tak peduli berapa lama aku akan menunggu nya. Aku akan menebus kesalahan ku padanya. Ke salahan, karna telah pergi tanpa pamit pada nya.
“non, ini udah jam 8. Apa tidak sebaik nya kita pulang ?” kata pak mamat, sopirku.
“kalau bapak mau pulang, bapak pulang saja. Aku masih mau menunggu Alvin disini.” Ucap ku.
“apa tidak sebaiknya kita cari den Alvin di rumah nya ?”
Ahhh.. bodohnya aku ! kenapa tidak terfikirkan oleh ku untuk pergi ke rumahnya. Aku sudah menunggu disini selama 4 jam. Itu membuang buang waktu ! sungguh aku ini bodoh sekali.
“eh iya ya pak, bapak masih apal kan jalan menuju rumah Alvin?”
“masih kok non. Ayo masuk.” Sambil membukakan pintu untuk ku.
Perjalanan terasa sangat lama. Hah, aku hanya merutuki kebodohan ku dari tadi. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan Alvin. Sungguh, aku sangat merindukan nya. Merindukan suara nya, mata sipit nya, hidung mancung nya. Ahh.. Alvin aku sangat merindukan mu !
Lamunan ku terhenti saat ku lihat sebuah rumah mewah di dapan ku. Aku segera turun dari mobil. Ini rumah Alvin. Rumah pangeran penenang ku. Tapi, rumah ini terlihat sepi. Ahh, aku tidak peduli. Aku pun langsung memencet bel yang ada di luar pagar rumah mewah ini. Tak lama seorang wanita paruh baya menghampiri ku. Aku ingat siapa dia, dia adalah pembantu rumah Alvin. Tanpa menunggu lama aku pun langsung menyapanya.
“malam bi, “ ucapku.
“eh non via, kemana aja non ?”
“maaf ya bi, kemaren aku pulang ke Jakarta ga pamit dulu. Bi, Alvin nya ada ?”
“ohh, loh emang non via ga tau ?”
“ga tau apa bi ?”
“den Alvin sudah pindah ke amerika sehari setelah non via menghilang.” Ucap nya yang sangat mengagetkan ku.
“APA BI ?” tanya ku ga nyanteee
“kok alvin ga ngasih tau aku bi ?” tanya ku lagi.
“den Alvin mau ngasih tau non Sivia, tapi non Sivia nya ga ada. “ucap bibi yang sangat membuat ku kecewa dan merasa bersalah .
“ya udah deh bi, aku pulang dulu ya bi..” ucap ku seraya pergi. Bi minah hanya mengangguk dan tersenyum.
***
Aku kembali lagi ke taman tempat pertama kali nya aku bertemu dengan pangeran penenagku. Aku tidak menyangka dia akan pindah ke amerika, aku sungguh menyesal tidak member tahukan nya tentang ke pulangan ku waku itu pada nya. Aku merasa sangat bodoh. Ku pegang kalung ku yang berliontinkan ‘ALVIA’ yang di berikan oleh Alvin untuk ku. Aku terus menggenggam nya, berharap mala mini aku bisa bertemu dengan Alvin. Alvin, aku kangen kamu vin, aku pingin kamu balik lagi kesini ya.
***
3 tahun telah berlalu, tanpa Alvin. Ya aku melewatkan 3 tahun tanpa Alvin. Alvin, sungguh aku sangat merindukan mu. Kamu dimana ? selama 3 tahun, setiap hari minggu aku selalu datang ke bandung. Kamu tau untuk apa vin ? aku ke tempat pertama kita ketemu, aku selalu berharap kamu pulang dan menemui aku. Tapi harapan ku kini pupus vin, 3 tahun bukanlah waktu yang singkat. Tapi aku akan tetap kesana untuk menunggumu. Aku akan selalu menanti hadirmu lagi vin.
Seperti hari ini, hari minggu. Aku meminta pak mamat untuk menemani ku ke taman itu. Hanya pak mamat yang mau menemani ku dengan setia diam di mobil untuk ku. Sesampainya di taman, aku lalu duduk di bawah pohon tempat Alvin menyapaku dulu.
“AKU KANGEN KAMU ALVIN !!” teriak ku, semua orang menatapku aneh. Namun aku tak peduli, aku harap Alvin akan datang menenangkan ku. Air mataku jatuh saat mengucapkan kata itu, sungguh aku benar benar merindukan nya. Aku pun mengembil gitar ku yang selalu kusimpan dalam mobil. Lalu kembali ke tempat semula, dan mulai memainkan nya.
Saat aku tertawa diatas semua
Saat aku menangisi ke sedihanku
Aku ingin engkau selalu ada
Aku ingin engkau Akuuuuuu kenang
Selama aku, masih bisa bernafas, masih sanggup berjalan
Ku kan selalu memujamu
Meski ku tak tau lagi, engkau ada dimanaaa
Dengarkan aku… Ku merindukan mu..
Prokkk prokk prokk
Terdengar suara riuh tepuk tangan. Aku lalu membuka mataku, aku terlalu menghayati lagu ini. Aku hapus air mataku. Aku pun mengedarkan pandangan ku, mencari orang yang telah memberiku tepuk tangan. Yap, aku melihat orang itu. Dia lalu menghampiri ku.
“lagu yang bagus..” ucapnya
“makasih” jawabku singkat
“suara kamu juga bagus,” katanya lagi, aku sepertinya mengenali suara nya.
“makasihh.. emh gue via, lo ?”
“Alvin.” APA ? tadi siapa namanya ?
“siapa ?”
“gue Alvin, kenapa sih ?”
“Alvin Jonathan ?”
“iya, kok lo tau ?”
“lo ga inget gue vin?” ucapku dengan mata yang beraca kaca.
“ga lah. Emang lo siapa ?”
“Sivia vin, via “ jawabku dengan air mata yang sudah terjun bebas di pipiku.
“via mana ? via tuh banyak tau.” APA ?? dia ga inget gue ? Tuhan.. gimana ini ? dia lupa sama gue ?
“lo inget ini vin ?” ucap ku lalu menyodorkan kalung yang berliontin ALVIA itu.
“Sivia ? lo Sivia Azizah ? Putri cengeng gue ?”
“iya Alvin. Gue kangen elo” ucapku lalu memeluknya.
“gue juga. “ ucap nya.
Terima kasih tuhan, telah mempertemukan ku dengan nya. Dengan pengeran penenangku yang sangat ku cintai. Terima kasih tuhan telah mengabulkan do’a ku.
***
Kini aku menjalani hari hari ku dengan Alvin, dan melanjutkan kuliah ku di bandung. Bersama Alvin. Bahkan kini status ku dengan nya telah ‘BERPACARAN’ . ya tuhan, terima kasih telah mengizinkan ku untuk memiliki Alvin. Aku sangat menyayanginya. Aku mohon, jangan pisahkan aku dengan nya.
“sayang, kamu kok bengong aja?” ucap Alvin, menyadarkan ku dari lamunanku.
“eh gapapa kok. “ jawabku.
“ya udah ikut aku yuk .” ucap Alvin lalu menarik tanganku tanpa ada persetujuan dari ku.
***
Aku dan Alvin kini berada di pantai. Indah sekali.
“indah banget vin, “
“kamu suka ?” ucap nya lalu membelai rambut ku.
“suka banget. Makasih ya, “ ucapku. Dia hanya tersenyum.
“emh vi, “ ucap Alvin. Kami sudah duduk di pasir putih yang indah ini.”
“iya vin ? “ ucap ku lalu menatap wajah Alvin, Alvin memegang tangan ku erat. Perasaan ku sudah tidak enak. Tuhan, jangan sampai kejadian itu terulang lagi. Ini persis seperti saat Iel memutuskan ku dulu.
“aku boleh jujur vi ? “ tanya nya. Tuhan, kata kata nya sama. Aku tak mau kehilangan Alvin tuhan.
“boleh lah “ jawabku berusaha tenang
“aku ..” ucapnya menggantung
“kamu apa vin ?”
“aku sayang banget sama kamu vi, aku cinta banget sama kamu vi, dan aku mau kamu ga jadi pacar aku. Tapi..” ucapnya terpotong
“maksud kamu vin ? aku ga mau putus dari kamu. Aku sayang sama kamu Alvin. “ ucapku sambil menangis. Alvin pun menarik ku dalam pelukan nya.
“aku belom selesai ngomong sayang, aku mau kamu ga jadi pacar aku lagi, tapi jadi istri aku. “ alvin pun melepaskan pelukan nya padaku. Memegang tangan ku. Dan berjongkok di hadapan ku. Sumpah demi apa pun Aku tidak dapat berkata apa apa. Aku rasa aku sudah tersenyum lebar. Aku sangat senang. Alvin pun merogoh kantong celana nya. Lalu membuka nya, dan memperlihatkan nya padaku. Masih dalam posisi semula, berjongkok di depan ku dengan tangan kiri yang memegang tanganku dan tangan kanan yang memegang kotak berisi CINCIN. Apa tadi cincin ? apa dia melamarku ?
“Sivia Azizah , mau kah kamu menjadi pendamping ku untuk masa depan ku dan untuk selama nya. Sivia , would you marry me ? “ ucapnya. Aku hanya dapat mengangguk. Aku tak dapat mengucapkan apa apa lagi. Alvin lalu memakaikan cincin itu padaku. Dan berdiri lalu mencium keningku.
“muka nya merah tuh “ ucap nya menggoda ku.
“ apa sih rese ya kamu, “ ucap ku. Alvin pun menyubit pipi ku. Dan berlari. Aku mengejarnya.
Tuhan, terima kasih telah meberiku pengganti seorang Gabriel. Pengganti yang lebih baik dari nya. Terima kasih tuhan telah membuat hari hari ku berwarna bersama Alvin. Aku sangat menyayanginya tuhan.