Jumat, 13 Januari 2012

Pangeran Penenangku (cerpen)


Hari ini aku terdiam di balkon kamarku. Aku malas untuk menjalani rutinitas harianku. Aku malas untuk melihat wajah lelaki yang sudah menghianatiku. Yaaa, lelaki yang sudah mengabaikan kepercayaan yang kuberikan padanya. Aku memilih untuk meliburkan diri dan menenangkan pikiran ku. Aku yakin jika aku sekolah nanti aku pasti tak akan kuat untuk melihat wajahnya. Bukan karna aku membenci nya, tetapi aku tak kuasa membendung amarah dan tangisku saat bertatap muka dengan nya. Bagaimana tidak ? siapa wanita yang ingin di dua kan ? siapa wanita yang ingin di khianati ? kurasa jawaban nya adalah TIDAK ADA. Kalau pun ada, itu hanyalah segelintir wanita bodoh yang maruk harta atau ke kayaan. Sayang nya aku tak termasuk pada criteria itu, aku hanya ingin kasih sayang yang tulus.
Pandangan ku menerawang ke depan, otak ku masih memutar memori tentang kejadian kemarin sore.

FLASHBACK-ON

“vi,..” iel memecah keheningan di antara kami. Sekarang kami berdua sedang berada di sebuah taman tempat kami sama – sama mengucapkan kata sayang dulu.
“iya yel” jawabku tersenyum. Tanpa melihat ke arahnya. Aku senang sekali akhirnya iel mau mengajak ku mengobrol setelah 1 minggu renggang nya hubungan kami .
“vi, liat aku.” Ucap iel lirih. Aku pun menoleh ke arahnya. Ku lihat wajah iel begitu serius. Tidak seperti biasa nya. Lalu iel menaruh tangan ku di atas tangan nya. Dan menggenggamku erat .
“vi, aku mau jujur sama kamu “ ucap nya lagi. Tak biasa nya iel seperti ini. ANEH ya, aneh iel terlihat sangat aneh.
“jujur aja kali yel,” ucapku santai di iringi dengan seuntas senyuman di bibir mungil ku. Aku merasakan genggaman tangan iel mejadi semakin erat.
“vi, aku rasa hubungan kita harus berakhir sampai disini.” Ucap nya lirih lalu menunduk. Genggaman nya merenggang.
“apa yel ? kamu bercanda kan ? “ jawab ku tak percaya .
“aku serius vi, aku ga mau bikin hati kamu sakit kalo kamu terus sama aku.” Kata nya lagi.
“aku akan sakit hati kalo kamu ga sama aku lagi yel,” ucapku lirih. Iel menatap mataku rekat.
“mungkin sekarang waktu yang tepat untuk aku jujur sama kamu vi, aku punya wanita lain vi,” ucapnya lirih. Aku hanya menunduk, aku tak percaya semua nya akan jadi seperti ini.
“siapa yel ? kamu tega ngehianatin aku ?” tanyaku dengan wajah yang masih menunduk.
“kamu ga perlu tau siapa vi, yang pasti aku merasa lebih nyaman bersama nya. Aku rasa hubungan kita harus berakhir sampai disini.  “ ucap nya pasti. aku hanya menangis dan menangis aku tak percaya iel tega menghianati ku.
“aku minta maaf vi, “ ucap nya lagi.
“apa perlu maaf aku buat kamu sekarang yel? Ga kan. Makasih atas semua nya yel, maaf aku ga bisa jadi yang terbaik buat kamu.” Ucap ku. Lalu berdiri dan hendak pergi meninggalkan iel. Tapi dengan cepat iel menarik tangan ku. Aku melepas pegangan tangan iel secara paksa dan berlari.

FLASHBACK-OFF

Ingin ku hapuskan memori itu. Tapi aku tak bisa. Air mataku mengalir lagi, membasahi pipi mulusku. Aku tak menyangka akan sesakit ini rasa nya. Aku tak menyangka iel akan setega itu pada ku. Menghianati dan menduakan ku.
“arghhhhh kamu bukan iel yang dulu” ucapku sambil mengacak acak rambutku. Aku frustasi, ya. Baru kali ini aku menangis karena putus cinta. Aku sangat mencintai iel.
“kamu berubah yel, berubah” lirih ku. Kemudian lamunan ku terhenti saat seseorang mengetuk pintu kamar ku.
TOK TOK TOK
“via, sivia.. ayo makan dulu sayang. Kata bibi kamu belom makan kan dari kemarin” ucap nya dari luar. Aku mengenali suara itu. Itu suara… mama. Iya, itu suara mama. Kenapa mama ada disini? Sejak kapan mama pulang?
            Aku memutuskan untuk membukakan pintu dan memastikan kalo yang di luar adalah mama, dan menjawab semua pertanyaan ku tentang mama. Aku merapikan rambut ku yang tadi ku acak acak, mengelap air mataku dann…
CKLEKK
“mama, “ ucapku lirih, lalu memeluk mama. Aku merindukan pelukan ini. Sudah lama mama tidak memeluk ku. Karna urusan bisnis nya, aku harus merelakan mama tinggal di Negara yang berbeda dari ku.
“aku kangen mama.” Isak ku di pelukan mama. Lalu mama melepas pelukan kami.
“mama juga kangen kamu sayang. Kamu kenapa ? kok matamu sembab ?” tanya mama. Aku tak tau harus menjawab apa.
“aku ga papa ma, aku baru bangun tidur aja kali.” Ucapku berbohong. Mama hanya mengangguk.
“mama kapan pulang ?” tanya ku .
“tadi malam sayang, tadi nya mama mau melihat anak mama ini. Tapi mama takut mengganggu tidur kamu sayang” ucap mama lembut.
“oh hehe, ya udah ma. Aku mandi dulu ya, ntar aku nyusul ke meja makan” ucap ku lagi. Aku terpaksa menyembunyikan kesedihan ku di depan mama. Aku tau pasti mama sangat lelah dan tak ingin melihat anak nya bersedih.
            Dengan langkah gontai, aku mengambil handuk ku, lalu mandi. Setelah selesai mandi aku hanya memakai pakaian santai dan mengikat rambutku lalu turun ke bawah untuk menemani mama makan .
“ayo cepet sini sayang.” Ucap mama saat melihat ku sedang menuruni tangga.
“iya ma, “ lalu duduk di kursi samping mama.
“oh iya ma, kok tumben mama pulang mendadak kayak gini? Ada apa ma?” tanya ku heran
“ini sayang, mama mau menghadiri resepsi pernikahan anak teman lama mama 3 hari lagi di bandung. Nanti kamu ikut ya,” ucap mama. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Aku tak tega untuk menolak ajakan mama, lagian sekalian jalan – jalan bareng mama dan melepas penat.
            Dua hari berjalan begitu cepat, sekarang waktu nya aku untuk pergi ke bandung dan menghadiri acara resepsi itu. karena resepsi nya besok, aku hanya berdandan seadanya. mama sudah menunggu ku di bawah. Aku cepat cepat membereskan semua barang barang ku untuk persediaan menginap selama 1 minggu. Karna kata mama, mama ingin lebih lama disana. Sekalian menemui rekan bisnis nya.

***

Hari ini resepsi pernikahan itu pun di mulai, ternyata yang menikah adalah ka ify dan ka rio kakak kelas ku dulu. Mereka terlihat sangat serasi. Ka rio dengan jas hitam dan kemeja merah nya membuat diri nya terlihat gagah. Begitu pun ka ify dengan gaun merah nya yang membuat diri nya terlihat sangat anggun. Aku berdiri untuk menyalami mereka berdua, hanya sekedar untuk mengucapkan kata “selamat ya ka”. Setelah selesai memberikan kata selamat kepada mereka, aku mencari mama. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sisi gedung yang sangat mewah ini.

***
Aku merutuki diriku sendiri, saat ku lihat Iel ada disana. Bersama seorang wanita yang aku kenal. Shilla, ya, shilla yang ada di samping Iel dan menggelayut manja di tangan Iel. Aku menyesal sudah mau ikut di acara ini. Awalnya , aku pergi ke bandung dan menuruti perintah mama untuk menghadiri acara pernikahan teman lamanya adalah agar aku bisa sejenak melupakan Iel. Tapi ternyata, Iel ada disini bersama dengan wanita yang telah merebut kasih sayang nya dari ku. Miris dan Sakit hati, itulah yang aku rasakan sekarang. Air mata ku sudah tak tertahan lagi, dadaku sesak. Apalagi, saat Iel dan Shilla datang menghampiri ku. Sebelum mereka menyapaku, aku memutuskan untuk izin ke luar dan meluapkan rasa sakitku disana. Mungkin, bisa mengurangi rasa sakit ku saat ini setelah melihat Iel dan Shilla. ‘semudah itukah iel melupakan ku ?’ itu kata kata yang selalu melayang layang di otak ku. Aku tak tau harus kemana sekarang. Yang pasti aku tak ingin berada di dalam gedung mewah itu dan melihat Iel menggandeng wanita lain.
Setelah berjalan cukup lama dengan arah yang tidak teratur, aku melihat sebuah taman indah dengan hamparan rumput yang hijau. Aku melangkahkan kaki ku ke menuju ke taman indah itu sekarang. Ternyata ada sebuah danau di tengah taman ini. ‘indah’ hanya kata itu yang bisa ku ucapkan. Aku memilih untuk duduk di tepi danau dan mengeluarkan semua unek-unek di dadaku. Aku berteriak sekencang kencang nya, tak peduli banyaknya orang yang menatap ku heran. Hanya satu yang ke inginkan. Melupakan semua ini. Tapi apa aku bisa ? aku sangat mencintai Iel. Suara ku sudah mulai serak dan parau. Aku memilih untk diam dan menundukan kepala ku. Ku rasakan seseorang datang menghampiriku.
“hai…” sapanya, aku hanya meliriknya lalu tersenyum kecut dan menunduk lagi.
“ lo kenapa ? mata lo sembab . “ lanjutnya lagi.
“ ga papa. “ ucap ku lirih
“ kalo ada masalah cerita aja. Lu sadar ga sih banyak banget orang yang ngeliatin lu. “ ucap laki-laki itu. Aku tak tau dia siapa. Tapi aku merasa sangat nyaman berada di samping nya dan mendengar suara lembut nya itu. Aku lalu mencerita kan semua kisah ku dengan Iel pada nya. Aku tak tau mengapa aku bisa semudah itu mempercayai nya.
“ lu ga boleh kayak gini terus, tuh dia juga udah ngehianatin elu. Banyak cowo yang lebih baik dari dia “ komentar nya lalu tersenyum. Senyum nya indah sekali, mampu menghangatkan hati ku yang sedang kedinginan saat ini. Kedinginan, karna tak ada lagi Iel yang mampu menghangatkan nya.
“ga semudah itu, gue cinta banget sama dia “ air mataku mengalir saat mengucapkan kata ‘cinta’.
“gue bisa bantu lo ngelupain dia kok “ ucapnya lagi.
“thanks” jawabku lalu tersenyum.
“oh iya, gue Alvin. Lo ? “
“gue Sivia. Panggil aja Via”
            Sejak pertemuan itu, kami selalu bersama. aku dan Alvin selalu bersama. Hanya Alvin yang bisa membuatku nyaman dan melupakan semua tentang masa lalu ku. Terutama tentang Iel.
            Seminggu pun berlalu, tanpa sepengetahuan Alvin, aku pulang ke Jakarta. ada niat untuk memberitahu nya. Tapi mama memaksa untuk cepat kembali ke Jakarta. tenang saja Alvin, setelah mama pergi ke luar negri aku akan menemui mu lagi.
***
            Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menemui Alvin setelah mama pergi. Kini, aku sudah di jalan menuju bandung. Dengan diantarkan oleh supir pribadiku. Aku bertekad untuk menemui Alvin sekarang. Tanpa sadar, aku sudah sampai di taman tempat aku dan Alvin pertama bertemu. Biasa nya setiap hari aku selalu menghabiskan waktu ku disini bersama Alvin. Aku pun duduk di tepi danau tepat di tempat pertama Alvin menyapaku. Aku melirik jam tangan putih di lengan kanan ku. Senyum ku mngembang saat jarum pendek di jam ku menunjukan pukul 4 pas.
“aku tau kamu pasti kesini vin, aku tau kok. Sekarang jam 4, aku yakin kamu pasti kesini.” Ucapku.
            Sudah sekitar 2 jam aku disini. Jam sudah menunjukan pukul 17.48 sekarang.
‘Huh, apa kau sudah lupa padaku Alvin ?’ batin ku.
            Aku terus menunggunya tak peduli berapa lama aku akan menunggu nya. Aku akan menebus kesalahan ku padanya. Ke salahan, karna telah pergi tanpa pamit pada nya.
“non, ini udah jam 8. Apa tidak sebaik nya kita pulang ?” kata pak mamat, sopirku.
“kalau bapak mau pulang, bapak pulang saja. Aku masih mau menunggu Alvin disini.” Ucap ku.
“apa tidak sebaiknya kita cari den Alvin di rumah nya ?”
            Ahhh.. bodohnya aku ! kenapa tidak terfikirkan oleh ku untuk pergi ke rumahnya. Aku sudah menunggu disini selama 4 jam. Itu membuang buang waktu ! sungguh aku ini bodoh sekali.
“eh iya ya pak, bapak masih apal kan jalan menuju rumah Alvin?”
“masih kok non. Ayo masuk.” Sambil membukakan pintu untuk ku.
            Perjalanan terasa sangat lama. Hah, aku hanya merutuki kebodohan ku dari tadi. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan Alvin. Sungguh, aku sangat merindukan nya. Merindukan suara nya, mata sipit nya, hidung mancung nya. Ahh.. Alvin aku sangat merindukan mu !
            Lamunan ku terhenti saat ku lihat sebuah rumah mewah di dapan ku. Aku segera turun dari mobil. Ini rumah Alvin. Rumah pangeran penenang ku. Tapi, rumah ini terlihat sepi. Ahh, aku tidak peduli. Aku pun langsung memencet bel yang ada di luar pagar rumah mewah ini. Tak lama seorang wanita paruh baya menghampiri ku. Aku ingat siapa dia, dia adalah pembantu rumah Alvin. Tanpa menunggu lama aku pun langsung menyapanya.
“malam bi, “ ucapku.
“eh non via, kemana aja non ?”
“maaf ya bi, kemaren aku pulang ke Jakarta ga pamit dulu. Bi, Alvin nya ada ?”
“ohh, loh emang non via ga tau ?”
“ga tau apa bi ?”
“den Alvin sudah pindah ke amerika sehari setelah non via menghilang.” Ucap nya yang sangat mengagetkan ku.
“APA BI ?” tanya ku ga nyanteee
“kok alvin ga ngasih tau aku bi ?” tanya ku lagi.
“den Alvin mau ngasih tau non Sivia, tapi non Sivia nya ga ada. “ucap bibi yang sangat membuat ku kecewa dan merasa bersalah .
“ya udah deh bi, aku pulang dulu ya bi..” ucap ku seraya pergi. Bi minah hanya mengangguk dan tersenyum.

***
Aku kembali lagi ke taman tempat pertama kali nya aku bertemu dengan pangeran penenagku. Aku tidak menyangka dia akan pindah ke amerika, aku sungguh menyesal tidak member tahukan nya tentang ke pulangan ku waku itu pada nya. Aku merasa sangat bodoh. Ku pegang kalung ku yang berliontinkan ‘ALVIA’ yang di berikan oleh Alvin untuk ku. Aku terus menggenggam nya, berharap mala mini aku bisa bertemu dengan Alvin. Alvin, aku kangen kamu vin, aku pingin kamu balik lagi kesini ya.

***
            3 tahun telah berlalu, tanpa Alvin. Ya aku melewatkan 3 tahun tanpa Alvin. Alvin, sungguh aku sangat merindukan mu. Kamu dimana ? selama 3 tahun, setiap hari minggu aku selalu datang ke bandung. Kamu tau untuk apa vin ? aku ke tempat pertama kita ketemu, aku selalu berharap kamu pulang dan menemui aku. Tapi harapan ku kini pupus vin, 3 tahun bukanlah waktu yang singkat. Tapi aku akan tetap kesana untuk menunggumu. Aku akan selalu menanti hadirmu lagi vin.
            Seperti hari ini, hari minggu. Aku meminta pak mamat untuk menemani ku ke taman itu. Hanya pak mamat yang mau menemani ku dengan setia diam di mobil untuk ku. Sesampainya di taman, aku lalu duduk di bawah pohon tempat Alvin menyapaku dulu.
“AKU KANGEN KAMU ALVIN !!” teriak ku, semua orang menatapku aneh. Namun aku tak peduli, aku harap Alvin akan datang menenangkan ku. Air mataku jatuh saat mengucapkan kata itu, sungguh aku benar benar merindukan nya. Aku pun mengembil gitar ku yang selalu kusimpan dalam mobil. Lalu kembali ke tempat semula, dan mulai memainkan nya.

Saat aku tertawa diatas semua
Saat aku menangisi ke sedihanku
Aku ingin engkau selalu ada
Aku ingin engkau Akuuuuuu kenang
Selama aku, masih bisa bernafas, masih sanggup berjalan
Ku kan selalu memujamu
Meski ku tak tau lagi, engkau ada dimanaaa
Dengarkan aku… Ku merindukan mu..

Prokkk prokk prokk
            Terdengar suara riuh tepuk tangan. Aku lalu membuka mataku, aku terlalu menghayati lagu ini. Aku hapus air mataku. Aku pun mengedarkan pandangan ku, mencari orang yang telah memberiku tepuk tangan. Yap, aku melihat orang itu. Dia lalu menghampiri ku.
“lagu yang bagus..” ucapnya
“makasih” jawabku singkat
“suara kamu juga bagus,” katanya lagi, aku sepertinya mengenali suara nya.
“makasihh.. emh gue via, lo ?”
“Alvin.” APA ? tadi siapa namanya ?
“siapa ?”
“gue Alvin, kenapa sih ?”
“Alvin Jonathan ?”
“iya, kok lo tau ?”
“lo ga inget gue vin?” ucapku dengan mata yang beraca kaca.
“ga lah. Emang lo siapa ?”
“Sivia vin, via “ jawabku dengan air mata yang sudah terjun bebas di pipiku.
“via mana ? via tuh banyak tau.” APA ?? dia ga inget gue ? Tuhan.. gimana ini ? dia lupa sama gue ?
“lo inget ini vin ?” ucap ku lalu menyodorkan kalung yang berliontin ALVIA itu.
“Sivia ? lo Sivia Azizah ? Putri cengeng gue ?”
“iya Alvin. Gue kangen elo” ucapku lalu memeluknya.
“gue juga. “ ucap nya.
            Terima kasih tuhan, telah mempertemukan ku dengan nya. Dengan pengeran penenangku yang sangat ku cintai. Terima kasih tuhan telah mengabulkan do’a ku.

***
Kini aku menjalani hari hari ku dengan Alvin, dan melanjutkan kuliah ku di bandung. Bersama Alvin. Bahkan kini status ku dengan nya telah ‘BERPACARAN’ . ya tuhan, terima kasih telah mengizinkan ku untuk memiliki Alvin. Aku sangat menyayanginya. Aku mohon, jangan pisahkan aku dengan nya.
“sayang, kamu kok bengong aja?” ucap Alvin, menyadarkan ku dari lamunanku.
“eh gapapa kok. “ jawabku.
“ya udah ikut aku yuk .” ucap Alvin lalu menarik tanganku tanpa ada persetujuan dari ku.
***
            Aku dan Alvin kini berada di pantai. Indah sekali.
“indah banget vin, “
“kamu suka ?” ucap nya lalu membelai rambut ku.
“suka banget. Makasih ya, “ ucapku. Dia hanya tersenyum.
“emh vi, “ ucap Alvin. Kami sudah duduk di pasir putih yang indah ini.”
“iya vin ? “ ucap ku lalu menatap wajah Alvin, Alvin memegang tangan ku erat. Perasaan ku sudah tidak enak. Tuhan, jangan sampai kejadian itu terulang lagi. Ini persis seperti saat Iel memutuskan ku dulu.
“aku boleh jujur vi ? “ tanya nya. Tuhan, kata kata nya sama. Aku tak mau kehilangan Alvin tuhan.
“boleh lah “ jawabku berusaha tenang
“aku ..” ucapnya menggantung
“kamu apa vin ?”
“aku sayang banget sama kamu vi, aku cinta banget sama kamu vi, dan aku mau kamu ga jadi pacar aku. Tapi..” ucapnya terpotong
“maksud kamu vin ? aku ga mau putus dari kamu. Aku sayang sama kamu Alvin. “ ucapku sambil menangis. Alvin pun menarik ku dalam pelukan nya.
“aku belom selesai ngomong sayang, aku mau kamu ga jadi pacar aku lagi, tapi jadi istri aku. “ alvin pun melepaskan pelukan nya padaku. Memegang tangan ku. Dan berjongkok di hadapan ku. Sumpah demi apa pun Aku tidak dapat berkata apa apa. Aku rasa aku sudah tersenyum lebar. Aku sangat senang. Alvin pun merogoh kantong celana nya. Lalu membuka nya, dan memperlihatkan nya padaku. Masih dalam posisi semula, berjongkok di depan ku dengan tangan kiri yang memegang tanganku dan tangan kanan yang memegang kotak berisi CINCIN. Apa tadi cincin ? apa dia melamarku ?
“Sivia Azizah , mau kah kamu menjadi pendamping ku untuk masa depan ku dan untuk selama nya. Sivia , would you marry me ? “ ucapnya. Aku hanya dapat mengangguk. Aku tak dapat mengucapkan apa apa lagi. Alvin lalu memakaikan cincin itu padaku. Dan berdiri lalu mencium keningku.
“muka nya merah tuh “ ucap nya menggoda ku.
“ apa sih rese ya kamu, “ ucap ku. Alvin pun menyubit pipi ku. Dan berlari. Aku mengejarnya.
            Tuhan, terima kasih telah meberiku pengganti seorang Gabriel. Pengganti yang lebih baik dari nya. Terima kasih tuhan telah membuat hari hari ku berwarna bersama Alvin. Aku sangat menyayanginya tuhan.

Alvin untuk Sivia & Sivia untuk Alvin (cerpen)


Tak mengerti bagaimana lagi caranya
Apa lagi yang harus ku perbuat
Agar kau bisa mencintaiku

                Duduk di taman, mungkin sudah kebiasaan rutin ku setiap hari. Manatap indahnya matahari sore. Taman ini tak begitu ramai. Makanya aku sangat menyukai suasana disini. Terasa begitu damai. Tempat merenung, mengungkapkan, dan mengartikan semua isi hatiku. Taman yang tidak begitu besar. Tapi berarti sangat besar bagiku.
                Seperti hari ini, ku renungkan kejadian tadi siang, yang begitu menguras emosiku. Bukan nya aku marah. Tapi aku merasa.. sedikit kecewa. Mungkin yang di bilang kaka kelas itu benar. Tidak akan mudah mendekatinya. Apalagi setelah ku tau semua masalahnya. Nama kaka itu Rio, sahabat dari orang yang kusukai, bahkan ku sayangi. Kak Rio, orang yang telah memberitahukan ku semua nya. Semua tentang dia, masa kelamnya.
                Aku tau, memang sebagian memory di otak kita hanya akan merekam masa kelam. Dan masa indah hanya selewat. Tapi apakah itu begitu berarti untuknya? Sampai dia tak melirikku sedikit pun? Walaupun kak Rio tidak menjelaskan dengan rinci semuanya, tapi aku mengerti secara garis besarnya.
Tak ada kesempatan kah bagiku?
Aku harus bagaimana lagi?
Bagaimana caranya agar kau yakin bahwa aku sangat menyayangimu?
*FLASHBACK-ON
“vi, gue mau ngomong bentar sama lo boleh?” kak Rio mengagetkanku.
“eh, boleh kak. Ada apa?” tanyaku
“ga disini ya, kita cari tempat lain.” Aku hanya mengangguk. Kak Rio membawaku ke sebuah hutan kota yang tak begitu jauh dari area sekolahan. Sebagian anak memang sering kesini. Hawa nya yang sejuk, membuat mereka merasa nyaman disini. Sama sepertiku.
“em, vi..” ka Rio membuka pembicaraan setelah kami berdua baru saja duduk di ranting sebuah pohon yang menjulur ke samping.
“iya kak? Tadi mau ngomong apa?” tanyaku
“ini masalah Alvin.”
“kenapa sama kak Alvin ka?” tanyaku penasaran
“lo tau kenapa Alvin cuek banget sama cewek?”
“gak kak. Yang gue tau, itu tuh emang sifat nya kak Alvin. Cuek sama siapa pun.”
“lo merasa gimana?” tanyanya
“ga gimana gimana. Cuma agak kecewa aja. Dia sama sekali gak meduliin gue, gimana caranya sih kak supaya gue deket sama dia?”
“gue juga ga tau,” jawabnya
“haha.. keinginan gue emang muluk banget ya. Ga tau kenapa gue tuh suka banget ka sama kak Alvin. Gue selalu pingin deket sama dia” jawabku mencoba tersenyum
“ga muluk kok vi, lo bener. Ga selalu harus cowok yang ngejar cewe. Cewe juga bisa.” Ucapnya, mungkin sedikit menyemangatiku.
“gue keliatan kayak cewek murahan ya kak?” tanyaku masih dengan nada kecewa
“enggak vi, harus berapa kali sih gue ngomong? Ga selalu harus cocok yang ngejar cewek. Cewek juga bisa.” Katanya
“tapi gue merasa jadi cewek murahan. Gue ngerasa kak Alvin ga mau ngedeketin gue karena dia beranggapan gue itu kayak gitu.”
“gak vi, bukan karna itu. Gue tau, Alvin pasti ngerti. Sebenernya lo itu cewek yang baik.” Ucapnya
“tapi apa kak Alvin pernah ngomongin masalah gue ke sahabatnya?”
“jujur enggak vi, tapi gue yakin kok.” Aku mengela napas berat. Sakit rasanya. Walaupun hanya sebuah ungkapan, tapi itu menyakitkan. Tak pernah di anggap. Itu yang ku rasa, ribuan goresan telah tergores disini. Ingin rasanya aku menangis, tapi..
“vi, lo kenapa?” tanya kak Rio membuyarkan lamunanku
“eh, ga kenapa napa kok ka,” jawabku. Lalu memalingkan wajahku dari tatapan kak Rio dan menghapus air mata yang sudah ingin meloncat dari kelopak mataku ini.
“jujur deh vi, “ ucapnya lagi
“gapapa ka. Gue udah jujur kok” jawabku. Sesak. Sesak sekali rasanya dada ini. Seperti ada sebuah beton ada di dalam nya.
“mungkin sekarang waktu nya vi, gue harus ngasih tau yang sebenarnya.” Ucapnya
“sebenernya? Maksud lo kak?” tanyaku
“Alvin bersikap dingin kayak gitu, karna dulu dia pernah ada di posisi elo. Ngejar seorang cewek yang bener bener dia sayang bahkan sampai dia cintai. Setelah sekian lama mereka pedekate, akhirnya Alvin bisa ngedapetin cewek itu. Mereka pacaran lumayan lama. Sampai akhirnya Alvin tau, cewek itu tuh udah ngehianatin dia. Cewek itu udah main di belakang dia. Cewek itu udah selingkuh. Alvin bener bener sakit waktu itu. Karna, terserah yang ini lo mau percaya atau enggak, cewek itu tuh cinta pertamanya dia. Dan gue rasa Alvin tuh bener bener cinta sama dia. Makanya, sekarang dia itu ilfeel banget sama cewe. Bahkan bisa di bilang dia menganggap semua cewek itu sama. Saat gue dan yang lain nya mau ngubah kata itu. Dia selalu marah. Dia selalu ngungkit masa lalunya.” Cerita kak Rio. Sesak. Terasa makin sesak dada ini.
“jadi, jadi, kak Alvin pernah pacaran?” tanyaku bergetar. Karna percaya atau enggak. Aku ga pernah nyangka cowok kayak ka Alvin bisa pacaran. Mungkin yang suka memang banyak. Tapi seorang kak Alvin? Dia pernah suka cewek? Dia pernah merasakan mencintai seorang wanita? Percaya ga percaya aku cerna semuanya dalam otakku.
“iya vi, dia pernah. Cuma 1 kali. Karna dia ga mau di khianatin lagi.” Kata kak Rio. Pandangan nya lurus ke depan menatap langit biru di atas sana.
“kalo boleh tau kak, nama mantanya itu siapa?” tayaku lagi
“shilla. Dia memang gadis yang cantik. Sangat malah. Tapi sayang kelakuannya seperti itu.” Katanya, sedikit menolehku
“oh pantesan, kak Alvin gak pernah ngelirik gue ka. Gue kan jelek.” Ucapku lirih, sakit. Sakit. Sakit.
“lo itu cantik vi, lebih cantik dari shilla malah. Lo itu cantik luar dalem. Ga kaya shilla. Percaya sama gue.” Kata kak Rio, sedikit menghiburku.
“terus kenapa?” tanyaku. Ku beranikan untuk memalingkan wajahku untuk menatapnya. Tak peduli dia melihat bahwa mataku sudah berkaca kaca dan ingin menangis.
“Alvin itu trauma vi, lo harus rubah semuanya. Gue percaya sama elo. Percaya banget. Lo cantik, bagi gue lo itu cantik banget. Gue rasa Alvin juga mengakui itu. Tapi dia terlalu trauma vi,” katanya.
“trauma? Sebegitu sayangkah dia sama cewek itu?” tanyaku.
“mungkin iya. Tapi lo harus ngerubah itu vi, gue percaya elo. Gue mohon balikin Alvin biar kayak dulu. Cuma elo yang gue percaya.”
“tapi apa gue bisa?” pasrahku. Karana ku yakin aku tidak bisa
“lo bisa viaaa.. gue yakin lo bisa. Liatin ke Alvin betapa lo sayang sama dia. Gue yakin lo bisa.” Ucapnya member semangat.
“thanks banget ya ka, “
“sip, jangan kecewain gue ya. Gue percaya banget sama lo.”
“makasih atas kepercayaan kakak. Tapi, lo mau bantu gue kan kak?”
“pasti gue bantu. Apapun rencana lo.” Katanya lagi
*FLASBACK-OFF
                Setelah mengingat semua kepercayaan kak rio padaku. Aku merasa sedikit bersemangat. Aku merasa sedikit ada harapan. Aku ingin merubah semua. Aku ingin membuat kak Alvin sehangat matahari. Tidak sedingin es lagi. Tapi, bagaimana caranya?
                Hari sudah mulai sore. Kuputuskan untuk pulang dan memikirkan semua nya di rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar pribadiku. Merenungkan semu nya. Dan akhirnya, aku teringat sesuatu. Gimana kalau aku berpura pura pacaran dengan kak Rio dan tidak akan mengnyukai kak Alvin lagi. Ingin tau bagaimana ekspresi nya. Dan aku akan menyuruh kak Rio untuk memanas manasinya. Aha ! ide yang bagus. Sivia itu memang pintar
***
                Pagi ini, aku berangkat lebih pagi. Dan tujuan utama ku bukanlah kelasku. Melainkan kelas kak Alvin. Tapi yang ku cari bukan kak Alvin tapi kak Rio. Satu kelas kak Alvin memang sering meledekku. Awalnya emang dari ka ozy si biang kerok. Setelah sampai di depan kelasnya, seperti biasa satu kelas menyoraki ku dan berkata
“Alvin, ayang nya nyariin noh..” banyak kooran semacam itu di dalam. Aku hanya tersenyum. Seperti biasa. Lalu, aku mencoba bicara.
“maaf kak, aku bukan mau nyari kak Alvin. Kak Rio udah dating belom?” tanyaku. Semua diam. Tak percaya. Mungkin mengira ini aneh. Kenapa Rio? Aku melirik ke arah kak Alvin duduk. Ka Alvin tidak kalah kagetnya. Dia langsung menatapku heran dengan wajah sedikit tak percaya. Ingin rasanya aku tertawa disitu. Tapi memingat akan rencana ku, susah payah aku menahannya. Sampai akhirnya kak Rio datang.
“kenapa vi?” tanyanya.
“gue mau ngomong bentar. Ke taman yuk.” Ajakku. Tanpa menunggu jawabannya, aku langsung menarik tangan kak Rio.
                Sesampainya di taman aku ceritakan semuanya. Semua ide ku. di iringin dengan senyum yang tersu mengembang. Dan sedikit tawa di akhir pembicaraan.
“waaaa pinter lo vi. Pinter gila lo. Oke oke gue mau !” ucap kak Rio antusias
“wa iya dong gue ! jadi kapan nih jadian nya?” tanyaku
“seminggu lagi. Gue akan buat si Alvin ngeliat pas kita jadian. Nah nanti kalo dia emang punya rasa sama lo. Dia akan motong omongan gue. Dan dia yang akan nembak lo.”
“ihhh pinter banget lo kak !”
“gue… eh udah yuk. Ntar ada yang curiga lagi.”
“gapapalah. Bentar lagi kita mau jadian kan? “ kataku sambil tertawa geli. Kak Rio menulurkan tangannya dan mengusap puncak kepalaku.
“haha ada ada aja lo. Udah ah yuk” ucapnya.
“ayook .”
                Kami jalan berbeda arah. Jalan masing masing menuju kelas masing masing.

AUTHOR  P.O.V
                Rio duduk di bangkunya. Dan memulai semua sandiwaranya.
“eh vin, lo tertarik ga sama via?” tanyanya.
“ga.” Ucap Alvin singkat.
“beneran nih?” tanya Rio girang
“iya bener !” sahut Alvin sedikit membentak.
“yes ! bagus vin ! berarti ga ada pengahalang.”
“maksud lo?” tanya Alvin. Dia meletakkan BB nya dan menghadap kea rah Rio.
“lo pernah nyadar ga sih? Sivia tuh cantik banget?” tanya Rio antusias
“ya ya, gue akui sivia itu emang cantikdan menarik. Terus kenapa?” tanya Alvin yang sudah mulai penasaran
“lo pernah ga suka sama dia?” tanya Rio lagi.
“ga. Kenapa sih?” tanya Alvin
“jangan di ketawain ya? Gue suka sama sivia vin !” ucap Rio
“hah ?! kok bisa ? yakin lo ?” ucap Alvin. Ada sedikit rasa takut dalam hatinya, tapi dia mengubur rasa itu dalam dalam.
“yakin lah. Orang si sivia nya cantik banget gitu. Siapa coba yang ga suka? Mata lo aja katarak !” ucap Rio. Jujur, sebenarnya dari tadi Rio sudah menahan tawa. Ternyata Alvin memang suka sivia. Tapi dia terlalu jaim, fikirnya.
“yeee mata gue normal. Kan tadi gue bilang sivia emang cantik menarik pula. Tapi kok lo bisa suka?” tanya Alvin. Ada gurat kecemasan dalam wajahnya. Membuat Rio semakin ingin tertawa.
“bisa lah. Kasian gue lama lama. Dia ngejar elo, tapi elo nya ga peduli. Mending gue gantiin posisi lo aja di hatinya hehe..” ucap Rio dengan sedikit tawa di akhir kalimatnya. Sebenarnya Rio ingin sekali tertawa terbahak bahak. Tapi di tahan demi rencananya.
“yiah, ga kawan banget lo yo” lirih Alvin. Tapi Rio masih bisa mendengar.
“yeee.. kok muka lo jadi kusut begitu?” tanya Rio
“ya masa lo mau ngerebut sivia sih?” kata Alvin lemes.
“sumpah gue pengen ketawa !” batin Rio
“hah? Kan elo nya yang ga mau.” Kata Rio
“kalo sekarang gue mau gimana?” tanya Alvin. Kali ini dia menatap tajam ke arah mata Rio.
“emh, gimana ya?” tanya rio sok mikir
“gimana yo ?” tanya Alvin tak sabaran.
“oke deh, sivia buat elo. Tapi dengan satu syarat. Jangan pernah bikin sivia nangis, jangan pernah bikin sivia kecewa. Kalo sampe itu terjadi, gue akan ngerebut sivia dari lo,” kata Rio dengan mimic wajah sok serius.
“oke. Gue janji ! thanks bro..” ucap Alvin.
***
                Saat jam istirahat rio mengontak sivia dan memberitahukan semua nya. Sivia hanya cekikikan mendengar semua penjelasan Rio. Belum semua rencana jalan, tapi Alvin udah nyerah.
“keren lo kak ! huaaaa thanks banget deh ka” ucap sivia kesenengan
“iyaaa iyaaa. Pokoknya good luck ya buat lo.” Ucap Rio tak kalah senengnya
“sip sip. Thankyou kakak.”
“iya, udah ya udah mau masuk nih. Bye vi,”
“bye kak.”
Pembicaraan singkat itu pun selesai. Dengan senang sivia duduk di bangkunya kembali.
***
                Mulai dari hari itu, Alvin mulai mendekati sivia. Semua keadaan berbalik. Bukan Alvin untuk sivia. Tapi sivia untuk Alvin. Yang artinya Alvin yang ngejar ngejar sivia. Mulai dari pulang bareng, pedekate, dan lain sebagainya. Sivia sering menceritakan semua nya pada Rio. Dan Rio mendukung sivia dengan sepenuh hati. Dan Alvin juga sepertinya tidak sadar kalo Rio dan Sivia hanya bersandiwara saat itu. Tapi sepertinya, Alvin memang tak mau sivia di ambil oleh siapa siapa. Dia menjaga sivia dengan baik.
                Sivia tersenyum senang, sejak Rio membantunya, semuanya jadi lebih mudah. Alvin jadi sangat perhatian padanya. Semua yang menurut nya tidak mungkin jadi mungkin. Sivia pun telah berhasil merubah Alvin jadi sehangat matahari. Tidak sedingin es lagi.
***
                Dan akhirnya hari yang di tunggu tunggu sivia datang. Kemarin Rio telah mengontaknya. Bahwa Alvin akan mengutarakan perasaan nya hari ini. Ada sedikit rasa tidak percaya awalnya tapi, Rio menyadarkan nya kalo ini asli.
                Hari ini, Alvin mengajak sivia ke sebuah bukit kecil. Di siang yang indah. Tidak begitu terik dan begitu sejuk. Mereka duduk di atas bukit kecil itu dan menghadap ke arah depan. Pemandangan nya begitu indah. Hamparan tumbuhan hijau ada disana. Dengan sedikit ornament warna cerah akibat bunga bunga cantik yang telah tumbuh disana.
“tunggu sini bentar ya vi,” ucap Alvin. Sivia hanya mengangguk. Dia masih terpesona dengan indahnya alam ini. Samapi akhirnya sivia tersadar saat Alvin berada di tengah bunga bunga indah tersebut.
Sivia tidak mengerti apa yang Alvin lakukan. Dari arah yang lumayan jauh, Alvin menyeringai. Sivia hanya membalasnya dengan senyum. Kaki nya lalu di lekukan, dan dia memeluk lututnya sambil melihat ke bawah. tepat kea rah Alvin. Akhirnya sivia menyadari, Alvin memetik beberapa tangkai bunga yang indah. Mungkin hanya bunga liar. Tapi itu sangat indah. Alvin pun naik kembali ke bukit dan duduk di samping sivia. Sivia melepaskan pelukan nya pada lututnya. Dan duduk bersila.
“nih buat kamu..” ucap Alvin
“makasih ya kak “ kata sivia di iringi dengan senyum termanis nya
“bunga nya cantik banget ka,” kata sivia
“tapi cantikan kamu tau..” ucap Alvin sedikit menggoda
“ah.. kaka. “ kata sivia, dia merasakan pasti ada rona merah di pipi nya. Mana siang lagi. Keliatan dong nih ! , fikir sivia.
“vi..”
“emh?”
“liat sini dong.” Kata Alvin sedikit memaksa.
“eh iya kak hehe..” kata sivia. Jujur dia gugup banget. Tapi..
“vi, kalo kaka sayang kamu gimana?” kata Alvin
“hah? Ya ga gimana gimana kak.” Kata sivia
“kalo kaka cinta sama kamu gimana?” tanya Alvin lagi
“emh, ya ga gimana gimana kak.”
“kok ga gimana gimana? “ tanya Alvin
“ga tau hehe” ucap sivia
“kalo kaka tanya, kamu sayang dan cinta sama kaka gak ? kamu jawab apa?” tanya Alvin lagi
“iya. “ jawab sivia gugup
“iya apa? “ tanya Alvin
“iya, aku sayang kaka. Iya, aku cinta kaka.” Jawab sivia akhirnya
“kalo kaka tanya, kamu mau ga jadi pacar kaka? Kamu jawab apa?” tanya Alvin lagi
“kaka nembak aku?” tanya sivia balik.
“ga, ntar kamu mati kalo di tembak.” Kata Alvin
“yah kakak, “ kata sivia agak kecewa
“iya kaka nembak kamu. kaka tanya lagi ya, sivia, kaka tuh sayang sama kamu. cinta sama kamu. kamu mau ga jadi pacar kaka?” tanya Alvin
“emh.. emh.. iya kak aku mau” ucap sivia malu malu. Alvin pun langsung menarik sivia ke pelukan nya.
                Dan akhirnya Rio keluar dari tempat persembunyian nya. Ikut tertawa bersama dan bersenang dan akhirnya semua rahasia Rio dan via terbongkar. Alvin hanya menggerutu kesal. Tapi tidak terlalu memperdulikan nya. Yang terpening, Sivia adalah milik nya sekarang .
“ALVIN UNTUK SIVIA.. DAN SIVIA UNTUK ALVIN” koor Alvin dan sivia. Rio hanya tertawa melihanya.